MENYEMAI BENIH TEKNOLOGI PENDIDIKAN
Penulis: Prof. Dr. Yusuf Hadi Miarso, M.Sc |
BAB I
PENGEMBANGAN
TENAGA PROFESI TEKNOLOGI PENDIDIKAN
Banyak berbagai macam formulasi
mengenai definisi teknologi pendidikan. Salah satu definisi teknologi
pendidikan yang dijelaskan didalam buku “menyemai benih teknologi pendidikan” bahwa
teknologi pendidikan adalah suatu bidang yang berkepentingan dengan
pengembangan secara sistematis berbagai macam sumber belajar, termasuk
didalamnya pengelola dan penggunaan sumber tersebut. Pada umumnya, teknologi
pendidikan dianggap memiliki potensi untuk meningkatkan produktivitas
pendidikan, memberikan kemungkinan pendidikan yang sifatnya lebih individual,
memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pengajaran, lebih memantapkan
pengajaran, memungkinkan belajar secara seketika, dan memungkinkan penyajian
pendidikan lebih luas terutama adanya media massa. Teknologi pendidikan
memiliki dua fungsi utama, yaitu pertama
sebagai fungsi pengembangan dari teori, rancangan, produksi, evaluasi-seleksi,
logistik, pemanfaatan dan penyebaran. Kedua
sebagai fungsi pengelolaan dari organisasi dan personal.
Ada beberapa konsep
dasar dan asumsi yang terdapat didalam teknologi pendidikan antara lain : (1)
Kegiatan pendidikan pada hakikatnya memberikan perubahan pada diri pribadi anak
didik, (2) Proses pendidikan berlangsung seumur hidup (education along life), (3) Pendidiakn dapat berlangsung kapan dan
dimana saja, (4) Pendidikan dapat berlangsung secara mandiri (independent) dan efektif dengan
dilakukannya pengawasan dan penilikan berkala, (5) Pendidikan dapat berlangsung
secara efektif baik didalam kelompok yang homogeny, heterogen, ataupun
individu, (6) Belajar dapat diperoleh dari siapa dan apa saja, baik yang
sengaja dirancang maupun yang diambil manfaatnya.
Menurut Dr. Daoed
Joesoef karakteristik penerapan teknologi pendidikan dibagi menjadi dua yaitu
karakteristik yang tampak dan karaketristik yang tidak tampak. Karakteristik
yang tampak dalam penerapan teknologi pendidikan berupa: adanya sumber belajar
yang dipakai anak didik untuk belajar dan adanya berbagai bentuk pola belajar
mengajar serta berbagai bentuk lembaga pendidikan. Sedangkan karakteristik yang
tidak tampak berupa proses pengembangan sumber belajar dan pengembangan sistem
pembelajaran.
Kompetensi tenaga ahli
bidang teknologi pendidikan perlu menguasai empat tugas dan fungsi anatara lain
meliputi : (1) Untuk pengembangan program pembelajaran terutama dalam
perencanaan model atau pola /media untuk kegiatan pembelajaran, (2) Untuk pengembangan
produk terutama dalam bidang rancangan paket-paket belajar, produksi paket dan
teknik pemanfaatan paket belajar, (3) Untuk pengelolaan media dan alat terutama
bidang logistik, evaluasi dan seleksi, (4) Untuk guru/tenaga pendidik, terutama
dalam bidang teori dan aplikasi, pemanfaatan media, teknik pembelajaran serta
penyebaran informasi dan produk teknologi pendidikan.
Secara
pendekatan teoritis, kawasan teknologi pendidikan dapat dianalisis berdasarkan
fungsi dan bidang tugas kompetensi seperti tabel dibawah ini :
Secara umum, kompetensi
profesi teknologi pendidikan dapat dikelompokan meliputi (1) Kemampuan memahami
landasan teori dan aplikasi teknologi pendidikan, (2) Kemampuan merancang pola
pembelajaran, (3) Kemampuan produksi media pendidikan, (4) Kemampuan evaluasi
program dan produk pembelajaran, (5) Kemampuan mengelola media dan sarana
belajar, (6) Kemampuan memanfaatkan media pendidikan dan teknik pembelajaran,
(7) Kemampuan menyebarkan informasi dan produk teknologi pendidikan, (8) Kemampuan
mengelola lembaga sumber belajar.
Teknologi
pendidikan juga diperlukan dalam pengembangan sumber daya manusia, khususnya
yang dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan. Prosedur pendidikan dan
latihan sumber daya manusia (PLSDM) dalam garis besarnya meliputi kegiatan
identifikasi kebutuhan, identifikasi kondisi, perumusan tujuan, pengembangan
jadwal dan materi pendidikan, pelaksanaan pendidikan, evaluasi dan umpan balik.
Tenaga
profesi teknologi pendidikan mempunyai tanggung jawab kepada peserta didik
sebagai perorangan, kepada masyarakat, kepada rekan seprofesi, dan profesi lain
yang berkaitan. Secara de facto, tugas
pokok tenaga profesi teknologi pendidikan meliputi : (1) Pengembangan bidang
studi dan kawasan teknologi pendidikan, (2) perancangan sistem pembelajaran,
(3) Produksi media pendidikan, (4) Penyediaan sarana dan prasarana belajar, (5)
Pemilihan dan penilaian komponen sistem pembelajaran, (6) Penerapan/pemanfaatan
sumber daya manusia, (7) Penyebaran konsep dan temuan teknologi pendidikan, (8)
Pengelolaan kegiatan pengembangan dan pemanfaatan sumber daya belajar, (9)
Perumusan bahan bijakan teknologi pendidikan. Sedangkan secara de jure profesi teknologi pendidikan
telah mengabdikan dirinya sebagai pengelola, perencana, pengembang, penilai dan
pengguna sistem dan komponen pembelajaran didepartemen/lembaga Negara, angkatan
bersenjata, perguruan tinggi, lembaga diklat, lembaga media, berwirausaha dalam
pelatihan serta berwirausaha dalam produksi media dan sarana pendidikan.
Setiap profesi paling sedikit harus memenuhi empat
syarat antara lain : (1) pendidikan dan pelatihan yang memadai, (2) adanya
komitmen terhadap tugan profesionalnya, (3) adanya usaha mengembangkan diri
sesuai dengan kondisi lingkungan dan tuntutan zaman, dan (4) adanya standar
etik yang harus dipatuhi. Mereka yang berprofesi/bergerak dalam bidang
teknologi pendidikan, harus memiliki komitmen dalam melaksanakan tugas
profesionalnya yaitu terselenggaranya proses belajar bagi setiap orang, dengan
mengembangkan dan menggunakan berbagai sumber belajar dengan karakteristik
masing-masing pembelajar (learners)
serta perkembangan lingkungan. Oleh karena itu para teknologi pendidikan harus selalu
mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi.
IPTPI merupakan suatu organisasi profesi yang
berasaskan Pancasila dan bertujuan menghimpun sumber daya untuk menyumbangkan
tenaga dan pikiran bagi pengembangan teknologi pendidikan sebagai suatu teori,
lapangan, dan profesi di tanah air bagi kemanfaatan kemajuan bangsa Indonesia. Program
pendidikan profesi teknologi pendidikan yang dimulai sejak 1976 terus mengalami
perkembangan, baik lembaga penyelenggaranya maupun peserta dan lulusannya.
Mereka dituntut untuk bersikap proaktif dalam mewujudkan visi dan misi
teknologi pendidikan sebagai suatu disipilin ilmu.
BAB
II
PENGEMBANGAN
KONSEPTUAL TEKNOLOGI PENDIDIKAN
Ditinjau berdasarkan
falsafah ilmu, ilmu pengetahuam memiliki tiga komponen sebagai penyanggah tubuh
pengetahuan antara lain: (1) ontologi (apa) merupakan asas dalam
menetapkan ruang lingkup ujud yang menjadi objek penelaahan, serta penafsiran
tentang hakikat realitas dari objek tersebut, (2) epistemologi (bagaimana) merupakan asas mengenai cara
bagaimana materi pengetahuan diperoleh dan disusun menjadi suatu tubuh
pengetahuan, (3) aksiologi
(untuk apa) merupakan asas dalam menggunakan pengetahuan yang telah diperoleh
dan disusun dalam tubuh pengetahuan tersebut.
Menurut Saettler dalam teknologi
pendidikan dengan rumusan prinsip-prinsip antara lain: (1) aktivitas diri; (2)
minat/motivasi; (3) kesiapan mental; (4) individualisme; (5) sosialisasi. Untuk
melaksanakan prinsip-prinsio tersebut, guru harus mengendalikan kegiatan
belajar anak didalam kelas kearah yang dikehendaki, namun dengan tetap
memperhatikan minat dan respon anak terhadap stimulasi yang diberikan.
Stimulasi itu perlu disesuaikan dengan kesiapan mental anak, dan kecuali itu
berbedaan individual perlu diperhatikan dengan jalan merancang dan mengatur
situasi sedemian rupa dengan menggunakan media, agar terjadi hubungan antara
apa yang sudah diketahui anak dengan hal baru.
Berdasarkan landasan ontologi
teknologi pendidikan, yaitu: adanya berbagai macam sumber untuk belajar
termasuk orang, pesan, media, cara-cara tertentu dalam mengolah atau menyajikan
pesan, serta lingkungan dimana proses pendidikan itu berlangsung; perlunya
sumber-sumber tersebut dikembangkan, baik secara konseptual, maupun secara
faktual; dan perlu dikelolanya kegiatan pengembangan, maupun sumber-sumber
untuk belajar agar dapat digunakan seoptimal mungkin guna keperluan belajar.
Berdasarkan landasan epistimologi
teknologi pendidikan, yaitu keseluruhan masalah belajar dan upaya
pemecahannya ditelaah secara simultan; unsur-unsur yang berkepentingan
diintegrasikan dalam suatu proses kompleks secara sistemik; dan penggabungan
kedalam proses yang kompleks dan perhatian atas gejala secara menyeluruh, harus
mengandung daya lipat atau sinergisme, berbeda dengan hal dimana masing-masing
fungsi berjalan sendiri-sendiri.
Sedangkan berdasarkan landasan aksiologis teknologi
pendidikan yaitu “teknologi pendidikan
perlu dipikirkan dan dibahas terus-menerus karena adanya kebutuhan riil yang
mendukung pertumbuhan dan perkembangannya, yaitu tekad mengadakan perluasan dan
pemerataan kesempatan belajar; meningkatkan mutu pendidikan; penyempurnaan
sistem pendidikan; peningkatan partisipasi masyarakat; dan penyempurnaan
pelaksanaan interaksi.”
Awal perkembangan teknologi pendidikan dapat
dikatakan telah ada sejak awal peradaban, di mana orang tua mendidik anaknya
dengan cara memberikan pengalaman langsung serta dengan memanfaatkan
lingkungan. Kalau kita simak gambaran perkembangan tersebut, dapat kita
simpulkan bahwa mayoritas para tenaga kependidikan dan pembelajaran masih ada
dalam lingkaran kecil yaitu peragaan ajaran atau lingkaran berikutnya media
pembelajaran. Mereka belum menyadari bahwa tuntutan perkembangan zaman sekarang
sudah pada lingkaran teknologi kinerja dan teknologi pembelajaran.
Pada hakikatnya teknologi pembelajaran adalah suatu
disipilin yang berkepentingan dengan pemecahan masalah belajar dengan
berlandaskan pada serangkaian prinsip dan menggunakan berbagai macam
pendekatan. Adapun pendekatan yang digunakan dalam teknologi pendidikan yaitu:
1. Pendekatan
isomeristik, yaitu menggabungkan
berbagai kajian/bidang keilmuan (psikologi, komunikasi, ekonomi, manajemen,
rekayasa teknik dan lain-lain) kedalam suatu kebulatan tersendiri.
2. Pendekatan
sistematik, yaitu dengan cara yang
berurutan dan terarah dalam usaha pemecahan persoalan.
3. pendekatan
sinergistik, yaitu yang menjamin
adanya nilai tambah dari keseluruhan kegiatan dibandingkan dengan bila kegiatan
itu dijalankan sendiri-sendiri.
4. Sismetik,
yaitu pengkajian secara menyeluruh (komprehensif).
Berdasarkan
hal-hal tersebut di atas, teknologi pembelajaran tidak hanya berkepentingan
dengan masalah belajar pada persekolahan atau lembaga pendidikan dan pelatihan,
melainkan juga masalah belajar pada organisasi termasuk keluarga, masyarakat,
dunia usaha maupun pemerintah. Semua bentuk teknologi termasuk teknologi
pendidikan, merupakan sistem yang diciptakan oleh manusia untuk sesuatu tujuan
tertentu, yang pada intinya yaitu mempermudah manusia dalam memperingan
usahanya, meningkatkan hasilnya, dan menghemat tenaga serta sumber daya yang
ada.
Definisi
teknologi pendidikan adalah kajian dan praktis etis dalam memfasilitasi belajar
dengan menciptakan, menggunakan dan mengelola proses dan sumber teknologikal
tepat guna). Definisi tersebut dapat dilihat gambar di bawah ini :
Dalam definisi tersebut
terkandung pengertian adanya empat komponen dalam teknologi pendidikan yaitu :
(1) kajian dan praktik etis, (2) Mencipta, menggunakan dan mengelola, (3)
proses dan sumber teknologikal tepat guna, (4) Memfasilitasi belajar dan
meningkatkan kinerja.
Teknologi saat ini
sangat mempengaruhi perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Namun
hendaknya dicatat bahwa kebutuhan akan belajar dan kondisilah yang akan
menentukan teknologi apa yang akan digunakan, jadi bukan teknologi yang
mendikte kita supaya digunakan tanpa mempertimbangkan kebutuhan dan kondisi
penggunaannya.
Setiap bidang
kajian hanya dapat berkembang jika didukung oleh pengkajian ilmiah yang
dilakukan secara terus-menerus. Pengkajian ilmiah dalam teknologi pendidikan
tidak terlepas dari : (1) filsafat dan landasan ilmiah yang menunjang
keberadaan dan perkembangannya, (2) unsur-unsur dasar yang membentuknya, dan (3)
arah perkembangan serta kegunaannya. Falsafat teknologi pendidikan yaitu “agar setiap
orang memperoleh kesempatan belajar, baik sendiri maupun dalam ikatan
organisasi, seoptimal mungkin melalui pendekatan yang sistematis dan sistemik
atas proses, sumber dan sistem belajar sedemikan rupa agar tercipta efisiensi,
efektivitas, dan keselarasan dengan perkembangan masyarakat dan lingkungan, ke
arah terbentuknya masyarakat belajar”.
Teknologi pendidikan
hanya dapat diakui sebagai suatu disiplin keilmuan apabila memberikan
kemungkinan untuk dilakukannya berbagai macam penelitian yang diselenggarakan
dengan pendekatan yang bervariasi sesuai dengan perkembangan paradigma
penelitian. Hasil penelitian tersebut akan menunjang dan memperkukuh teknologi
pendidikan sebagai suatu disiplin keilmuan yang tidak bebas nilai.
Para calon teknolog
pendidikan hendaknya berusaha mencari kebenaran ilmiah dengan tidak terpaku
pada tabir positivis. Hendaknya pertimbangan rasionalis tidak dijadikan satu-satunya
pertimbangan dalam mencari kebenaran ilmiah, namun juga digunakan pertimbangan
idealis, realis, konstruktivis dan humanis. Adapun para teknolog yang telah
berkarya hendaknya selalu bersikap
terbuka dan terus belajar mengikuti perkembangan mengenai hakikat
otologis teknologi pembelajaran dan pendekatan epistemologisnya untuk
mengungkapkan kebenaran.
BAB
III
PENGEMBANGAN
KELEMBAGAAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN
Model teknologi pendidikan
merupakan model pendidikan konpensatoris bagi anak-anak yang mengalami hambatan
sosial-ekonomi dan geografis-demografis, agar dengan sumber yang berbeda
dapat mencapai tujuan pemerataan kesempatan pendidiakn yang sama dengan
anak-anak yang tidak mengalami hambatan. Model ini mengandung aspek
kuantitatif, kualitatif dan keserasian yang terjalin jadi satu. Model ini dapat
ditunjukkan dengan unsur-unsur yang membentuknya sebagai berikut:
1. Sumber
belajar sebagai produk yang memungkinkan terjadinya tindak belajar.
2. Proses
belajar mengajar berlangsung dengan memerhatikan kondisi dan kebutuhan anak
didik.
3. Struktur
organisasi lembaga pendidikan mengalami perubahan, dimana tumbuh pola instruksional
yang bervariasi, berbagai bentuk lembaga pendidikan, dan tingkat pengambilan
keputusan dalam proses instruksional.
4. Kewenangan
dan tanggung jawab guru kelas mengalami perkembangan, karena adanya tim
pembelajaran yang memilih dan menyusun bahan belajar.
5. Fungsi
pengembangan dilaksanakan dengan sistemik untuk menghasilkan sumber belajar
serta untuk berlangsungnya sistem instruksional yang efektif.
6. Pengelolaan
model ini dilakukan secara luwes dengan berorientasikan tujuan.
Kelembagaan
iptek dalam pembangunan, dalam hal ini teknologi pendidikan dalam pembangunan
pendidikan, telah berlangsung secara konseptual maupun operasional, meskipun
dalam skala yang masih terbatas. Usaha kelembagaan itu berlangsung dalam waktu
yang relaif lama, adapun beberapa indikator hasil pelembagaan itu seperti
adanya peningkatan produktivitas sistem pendidikan sekolah seperti bertambahnya
lulusan SMP melalui SMPT dan perguruan tinggi melalui UT, adanya efektivitas
program teknologi pendidikan seperti besarnya lulusan SMPT tidak berbeda dengan
SMP reguler, dan adanya efisiensi program dengan menerapkan konsep teknologi
pendidikan SMPT hanya diperlukan dana 60% dari dana sekolah reguler, dengan
hasil yang tidak berbeda.
Teknologi
telah menjadi bagian integral dari tiap kehidupan masyarakat. Dalam bidang
pendidikan dan pelatihan pula teknologi telah menjadi bagian integral dari
kehidupan masyarakat baik disadari maupun tidak. Dalam bidang pendidikan atau
pembelajaran, teknologi juga memenuhi tiga unsur tersebut : proses, produk dan
sistem.
Pendidikan dan pelatihan dapat dibedakan
dengan karakteristik sebaga berikut:
Pendidikan
Pelatihan
· Waktu relatif lama
· Pengakuan dengan ijazah/diploma
· Kurikulum standar untuk
keperluan mendatang (just-in-case = JIC)
· Ditujukan bagi mereka yang akan
memasuki lingkungan pekerjaan
· Program regular dengan pengajar
tetap
· Waktu relatif singkat
· Pengakuan dengan sertifikat
· Kurikulum fleksibel sesuai
dengan keperluan sekarang (Just-in-time = JIT)
· Ditujukan bagi mereka yang
ada/sudah dalam lingkungan kerja
· Program tidak regular dan
pengajar tidak tetap
Meskipun kedua
pendidikan dan pelatihan dapat dibedakan karakteristiknya, namun kegiatannya
dapat disatukan dalam lembaga penyelenggara sebagai lembaga Diklat Kedinasan
atau Aparatur. Fungsi lembaga penyelenggara ini seharusnya merupakan agen
pembaharu. Lembaga ini perlu memahami perubahan dalam lingkungan strategis, dan
kemudian mampu menganalisis dampak perubahan itu dalam lingkungan
organisasinya. Setelah itu mempersiapkan dan menyelenggarakan pendidikan dan
pelatihan yang sesuai hasil analisisnya.
Kondisi
Negara Indonesia yang unik, serta perubahan besar yang terjadi dalam lingkungan
global mengharuskan kita untuk mengembangkan sistem pendidikan yang lebih
terbuka, luwes dan dapat diakses oleh siapa saja. Sistem pendidikan tersebut
berfungsi meningkatkan mutu pendidikan secara merata, meningkatkan relevansi
pendidikan dengan kebutuhan pembangunan dan meningkatkan efisiensi dalam
penyelenggaraan pendidikan. Sistem pendidikan tersebut yaitu sistem pendidikan terbuka
dan jarak jauh, yang merupakan substansi dari sistem pendidikan nasional.
Sistem
pendidikan terbuka memungkinkan perolehan pendidikan yang sesuai hakikat
manusia, yaitu meliputi diantaranya minat, kebutuhan dan kemampuan
masing-masing. Landasan epistemologis pendidikan terbuka atau jawaban tentang
bagaimana sistem pendidikan ini dapat diselenggarkan, yaitu dengan
memperdayakan lembaga masyarakat, termasuk keluarga untuk mengembangkan, memilih
atau memperoleh pendidikan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan mereka dengan
mendayagunakan sumber yang tersedia secara optimal.
Sistem pendidikan
terbuka dan jarak jauh dirancang untuk melayani peserta didik/warga belajar
dalam jumlah yang besar dengan latar belakang pendidikan, usia, dan motivasi
yang beragam, bertempat tinggal dalam wilayah yang tersebar luas, dan mempunyai
waktu yang terbatas untuk melakukan komunikasi tatap muka. Untuk mengatasi
batasan jarak, tempat dan waktu untuk melaksanakan proses pembelajaran, sistem
pendidikan yang secara khusus diberdayakan untuk keperluan itu. Bilamana
kondisi dan fasilitas memungkinkan, maka penyelenggaraan sistem pendidikan
terbuka dan jarak jauh ini didukung dengan sistem operasional yang berbasis
teknologi komunikasi dan informasi.
Pada sistem pendidikan terbuka dan jarak jauh ada empat komponen sistem
operasional yang berbeda baik dalam penyelenggaraan maupun fungsinya
dibandingkan dengan sistem pendidikan tatap muka yaitu (1) pengelolaan peserta
didik/warga belajar; (2) sumber belajar, (3) dukungan pelayanan (support
services); dan (4) penilaian hasil dan dampak pendidikan.Sesuai
dengan karakteristiknya sebagai pendidikan yang bertumpu pada prinsip
pendidikan sepanjang hayat, kebebasan, kesesuaian, mobilitas dan efisien,
sistem pendidikan terbuka dan jarak jauh dirancang dengan pendekatan berbeda
dari sistem pendidikan tatap muka. Adapun komponen pengembangan yang perlu
mendapatkan perhatian khusus mencakup : (1) visi, misi dan tujuan; (2) bentuk,
modus dan cakupan program; (3) sistem penyelenggaraan; dan (4) manajemen mutu
dan kareditasi.
BAB
IV
PERSPEKTIF
TEKNOLOGI PENDIDIKAN UNTUK PEMBANGUNAN PENDIDIKAN
Pusat Teknologi Komunikasi untuk
Pendidikan dan Kebudayaan (Pustekkom) baru didirikan pada tahun 1979, setelah
enam tahun sebelumnya berstatus Satuan Tugas Penyelenggara Teknologi Komunikasi
untuk Pendidikan dan Kebudayaan (Satgas TKPK). Pusat ini pada 1982
mendapat bantuan proyek dari USAID yang antara lain digunakan untuk melengkapi
fasilitas produksi sebagai piranti lunak media elektronik (rekaman audio, film
dan televisi) dengan standar siaran. Sebenarnya sebelumnya juga sudah ada
fasilitas produksi tetapi belum memenuhi standar siaran yang sesuai yang
diharapkan. Kerjasama yang dilakukan dan dibentuk oleh Balai Produksi Media
Televisi (BPMT) dengan Fakultas Teknik Elektro Institut Teknologi 10
November yang berkedudukan di Surabaya.
Sebelum BPMT diresmikan, Satgas
telah melakukan persiapan pembuatan program televisi, dengan menyelenggarakan
serangkaian latihan dan uji coba produksi dengan peralatan sederhana dengan
sebagian besar merupakan hibah dari pemerintah Jepang. Persiapan yang
dilakukan itu sangat bermanfaat untuk pengembangan program televisi
selanjutnya.
Seri program video Bina Bakat
diproduksi sebagau percobaan untuk dapat dimanfaatkan di sekolah sebagaibagian
dari program bimbingan karir. Dengan adanya bantuan dana dari UNICEF untuk
pembuatan prototip program pendidikan untuk anak-anak dengan menggabungkan unsur
edukatif dan hiburan. Keberhasilan pembuatan prototif inilah yang kemudian
memicu usaha untuk pengembangan serial televisi pendidikan.
Pada 1982 setelah persiapan
perlengkapan studio yang professional dimiliki oleh Pustekom, telah tersedia
tenaga yang terampil dalam memproduksi program televisi dan telah berhasil
dikembangkan prototip serial televisi pendidikan. Persiapan ini juga mendapat
dukungan kebijakan dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan menteri
Penerangan yang sehaluan. Adapun persiapan menyeluruh itu meliputi: (1) menjalin
kerjasama dengan sesama unit yang terkait seperti TVRI, PPFN, Badan Sensor
Film, LKJ (Lembaga Kesenian Jakarta), lembaga perfilman (Interstudio), dan para
insane perfilman; (2) mengusahakan anggaran untuk produksi dan penyiaran baik
dari anggaran pembangunan maupun dari bantuan luar Negeri; (3) menjajaki
kemungkinan tema siaran yang dapat dimanfaatkan secara luas.
Persiapan ini melibatkan
tokoh-tokoh seperti Tati Maliati, Sumardjono, Peransi, Didi Petet (keempatnya
dari LKJ), Arswendo Atmowiloto, Joko Lelono, H. Elsya Surya, Satmowi, Ratna
Fahmi, dan tim Psikolog dari UI. Pertemuan tersebut menyepakati antara lain
yaitu:
- Tema serial pendidikan watak
atau karakter untuk anak-anak usia SLTP/SMP
- Judul serial ACI (Aku Cinta
Indonesia)
- Diproduksi 52 episode untuk
dapat ditayangkan seminggu sekali selama setahun penuh, dengan durasi
25-28 menit tiap episode.
- Benang merah yang menjalin
semua episode meliputi berbagai aspek karakter, meliputi kerjasama,
kegigihan, kesetiakawanan, sportivitas, kejujuran dan sebagainya.
- Diusahakan jingle tetap yang mewakili setiap episode
- Dicarikan pemeran yang
memenuhi syarat dengan perwatakan tertentu
- Lokasi sekolah dipilih di
lingkungan kota kecil yang diberi nama kota kita
- Ditargetkan agar tayangan
dapat dimulai pada awal tahun anggaran 1984/1985
- Perlu diadakan uji coba program,
baik untuk para siswa maupun untuk para pengambil kebijakan yang terkait.
Penggarapan dan penyiaran mengalami
kenaikan dan kemunduran, pada episode pertama mengalami keberhasilan yang
sangat baik. Akan tetapi, dengan adanya perjalanan yang sangat mengalami banyak
rintangan dan tantangan dari beberapa aspek banyak pelajaran yang dapat kita
ambil diantaranya yaitu pertama, pembuatan suatu program serial harus
ditangani oleh suatu tim tetap yang kompak. Kedua, para pemain dan
lokasi perlu diikat dengan kontrak dengan meminimalkan adanya perubahan. Ketiga,
perencanaan serial perlu dilakukan secara matang dan mendapat dukungan yang
mantap dari pengambil kebijakan sehingga tidak dilakukan perubahan pada saat
pelaksanaan rencana. Semua karena kurangnya dukungan dan komitmen serial ACI
sebagai serial televisi pendidikan yang pertama dan berakhir.
Sebagai langkah awal, pada tahun
pertama REPELITA I diidentifikasikan tenaga inti yang akan diserahi tanggung
jawab untuk mewujudkan rencana penggunaan media komunikasi massa untuk
pendidikan. Salah satunya dengan adanya pengembangan personel dan kelembagaan
yang difokuskan terlebih dahulu dengan mengirimkan tiga orang inti (IKIP
Malang, Yogyakarta dan Bandung) untuk mengikuti kuliah di Australia selama
setahun untuk mempelajari seluk beluk perencanaan dan pembangunan pendidikan
yang memanfaatkan media radio dan televisi. Perhatian kemudian dipusatkan pada
pendidikan dengan menggunakan media radio.
Pengkajian pertama dilakukan pada
saat persiapan REPELITA (1968) oleh tim bantuan UNESCO. Studi pertama melihat
pendidikan secara keseluruhan dan mengidentifikasikan peranan media komunikasi
massa untuk pembangunan pendidikan. Pengkajian yang dilakukan dengan bantuan
tim UNESCO itu kemudian disusul dengan sejumlah pengkajian lain, diantaranya meliputi
pengkajian yang dilakukan oleh Yusuf Hadi Miarso (1970, 1971, 1974), Dean
Jamison (1972), Iskandar Ali Syahbana (1972), Alwi Dahlan (1972), Lembaga
Management FE-UI (1972), IKIP Jakarta da IKIPYogyakarta (1972).
Muncul beberapa butir hasil
pengkajian tim ini yang kemudian dijadikan pedoman kebijakan oleh Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan, adalah sebagai berikut:
1.
Rencana harus dikembangkan dari analisis kebutuhan
dan tujuan pembangunan pendidikan, dengan mencari jalan pemecahan melalui
teknologi komunikasi yang sifatnya massa;
2.
Pengembangan pendidikan harus diprioritaskan pada
pemerataan mutu dan kesempatan pelayanan pendidikan;
3.
Usaha peningkatan dan pemerataan mutu pendidikan
harus dimulai dari titik pangkal strategis yaitu tenaga pengajar;
4.
Harus diusahakan pendekatan yang integratif;
5.
Pola dan system yang dikembangkan harus bersifat
luwes, sehingga memungkinkan keterlibatan jumlah sasaran secara maksimal,
perluasan pelayanan, dan penyebaran kegiatan;
6.
Output kegiatan harus tidak sekadar berupa tambahan,
melainkan sesuatu yang inovatif dalam menunjang system penyajian yang efektif.
Pendidikan
dan pengajaran dalam hal ini yang dikaji seperti yaitu terbuka atau terikat,
produksi sendiri atau Impor, sponsor atau iklan, pendidikan Umum atau
kejuruan, perintisan, penahapan, atau serentak. Strategi penggunaan media
komunikasi untuk pendidikan dapat dibedakan menjadi empat jenis, yaitu terbuka,
terarah, terpimpin dan terikat. Siaran terbuka adalah yang tidak
berurutan penyajiannya, bersifat mana suka untuk mengikutinya. Strategi terikat
adalah yang penyajiannya beruruta dengan jadwal yag ketat, bersifat wajib untuk
mengikutinya dan ada sanksi tertentu jika tidak mengikutinya serta merupakan
satu kesatuan yang tak terpisahkan dari sistem pendidikan yang ada. Strategi
terarah dan terpimpin ada diantara kedua strategi terbuka dan terikat. Strategi
terarah jadwalnya lebih sering dibandingkan dengan strategi terbuka serta
disajikan secara berkesinambungan. Dalam strategi terpimpin kendali untuk
menggunakan siaran lebih ketat dari strategi terarah, karena diisyaratkan
adanya kelompok pemirsa yang aktif mengikutinya serta selalu dilakukan kegiatan
lanjutan sesudah penyajian program siaran.
Program televisi untuk pendidikan
terdapat kelebihan dan kekurangan didalam lingkup pendidikan formal bahwa media
komunikasi massa sebagai media pendidikan tidak akan mungkin menggantikan guru.
Peranan guru bersifat mekanistis, seperti penyampaian pengetahuan dan informasi
secara faktual. Dapat di simpulkan bahwa pendidikan yang dilakukan secara
langsung akan berbeda dengan pendidikan secara tidak langsung atau dengan media
televisi karena pendidikan ini akan berkesan sangat berbeda dan perjalanan yang
sangat unik. Ada beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam
perencanaan penggunaan media televisi bagi pendidikan antara lain:
1.
Evektivitas pedagogis, maksudnya
adalah media ini harus sebagai sarana dari proses belajar mengajar yang
dikelola guru.
2.
Skala penggunaan, hal ini
berkaitan dengan untuk mengejar tuntutan ekonomis.
3.
Kesesuaian waktu, hal ini
tidak dapat ditentukan sesuai dengan ketentuan pasti di televisi yang
diterapkan pada semua lembaga sekolah. Karena setiap keadaan, situasi dan
kondisi setiap daerah berbeda-beda sesuai yang dialami tersebut.
Kesesuaian dan kualitas sangat
diperlukan dalam mengembangkan kreativitas melalui media televisi untuk
pendidikan. Guru kelas yang baik akan menyesuaikan kegiatan intruksionalnya
dengan karakteristik siswa serta dengan memperhatikan kondisi lingkungan. Perlu
adanya perencanaan da pengelolaan yang baik dengan studi kelayakan terlebih
dahulu. Untuk melaksanakan dan mengelola kegiatan, perlu tersedianya tenaga
terlatih, terampil dan pembiayaan.
Dalam pengembangan televisi
pendidikan Indonesia untuk pendidikan luar sekolah, banyak acara televisi yang
harus diamati, diterima, didukung dan dimanfaatkan tetapi harus diteliti secara
serius dan secara komprehensif. Kalau kita kaji secara menyeluruh kegiatan
pengembangan televisi pendidikan meliput : (1) pengembangan organisasi; (2)
pengembangan ketenagaan; (3) pengembangan prasarana; (4) penjabaran misi; (5)
pengkajian kebutuhan; (6) perancangan program; (7) produksi dan pengadaan paket
siaran, logistik, (7) siaran/penyebaran (8) evaluasi.
Dalam dunia pendidikan, sekarang
ini perkembangan teknologi sangat berkembang secara pesat dengan perkembangan
yang sangat cepat, misalnya perkembangan kebutuhan industri media massa,
khususnya media elektronik berupa piranti lunak. Selain itu peran media massa
juga dalam menunjang pelaksanaan dan pengembangan bahas isyarat Indoensia bagi
para Tunarungu.
Komponen yang ada pada sistem
televisi pendidikan sebagai berikut; khalayak sasaran, program, produksi dan
pengadaan bahan siaran, penyiaran dan penyebaran, pemanfaatan, organisasi
penyelenggara, sumber daya manusia, prasarana dan sarana, dana, penelitian dan
penilaian.
Pengadaan dan penayangan program
televisi yang berisikan pendidikan keterampilan teknologi, juga dimanfaatkan
oleh masyarakat luas. Namun hal ini juga memilik dampak televisi bagi
pendidikan yaitu sejak maraknya perkembangan televisi, banyak kritik dan
tuduhan yang dilemparkan kepada para penyelenggara siaran, bahwa isi siarannya
bertentangan dengan nilai moral dan budaya karena menyebabkan terjadinya incidental learning negatif.
Berbagai kajian teoritik maupun
empirik menunjukan kegunaan media dalam pembelajaran sebagai berikut :
1.
Media mampu memberikan rangsangan yang bervariasi
kepada otak kita, sehingga otak kita bisa berfungsi secara maksimal;
2.
Media dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang
dimiliki oleh para mahasiswa;
3.
Media dapat melampui batas ruang kelas;
4.
Media memungkinkan adanya interaksi langsung antara
mahasiswa dan lingkungannya;
5.
Media menghasilkan keseragaman pengamatan;
6.
Media membagkitakan keinginan dan minat baru;
7.
Media membangkitkan motivasi dan merangsang untuk
belajar;
8.
Media memberikan pengalaman yang integral/menyeluruh
untuk belajar;
9.
Media memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk
belajar mandiri;
10. Media
meningkatkan kemampuan keterbacaan baru;
11. Media
mampu meningkatkan efek sosialisasi.
BAB V
PENGEMBANGAN
SISTEM PEMBELAJARAN
Hampir dapat
dipastikan Indonesia sebagian besar memiliki satelit domestik untuk telekomunikasi
pada tahun 1976. Indonesia merupakan Negara berkembang pertama yang memiliki
satelit dan Negara kedua setelah Kanada yang telah menggunakan satelit domestik
yang dikenal dengan “ANIK”. Perkembangan teknologi komunikasi ini membuka membuka
kemungkinan yang luas untuk dapat dimanfaatkan alam bidang pendidikan. Satelit
komunikasi domestik ini mampu untuk memberikan jasa penyiaran dan jasa
telekomunikasi. Penggunaan dan pemanfaatan jasa-jasa ini perlu dijabarkan dan
disusun dalam suatu pola sistem (system
design).
Setelah
perkembangan teknologi komunikasi di Indonesia, teknologi sudah menjadi
kebudayaan di negara Indonesia ini. Bahwa sejak PELITA I hingga IV telah banyak
diberikan perhatian akan pengembangan dan pemanfaatan teknologi komunikasi
untuk pengembangan pendidikan dan kebudayaan. Namun, dengan kondisi yang
seperti ini, bahwa tuntunan dalam pendidikan yang lebih bermutu dan lebih
bersedia (accessable) semakin meningkat, diperlukan perhatian dan
penanganan yang lebih besar lagi.
Indonesia sebagai
Negara yang penduduknya semakin berkembang dan bertambah dan berbagai tantangan
dan rintangan yang dihadapi. Pada Negara maju, proses kemajuan itu berlangsung
secara bertahap dan dalam waktu yang relatif lama serta serentak diikuti dengan
tumbuhnya pranata-pranata yang diperlukan. Sedangkan pada Negara yang
berkembang proses itu berlangsung secara seketika sebelum tatanannya selesai
dipersiapkan atau dibenahi dan sebelum sumber daya manusianya mampu menerima
dan menyesuaikan diri. Dalam hal ini, sumber daya manusia sangatlah penting
dalam mewujudkan modal dasar pembangunan yang akan dilakukan. Pengembangan
kualitas ini mengandung dua sisi yaitu;
Pertama, kualitas hidupnya sebagai manusia yang tercukupi, Kedua,kualitasnya
sebagai modal untuk melaksanakan pembangunan yang memenuhi persyaratan
kebutuhan. Pendidikan untuk pengembangan kualitas manusia meliputi segala aspek
perkembangan manusia dalam harkatnya sebagai makhluk yang berakal budi, sebagai
pribadi, sebagai warga masyarakat, dan sebagai warga negara. Sehingga
pendidikan yang paripurna akan meliputi usaha pengembangan jasmani dan rohani,
kepribadian, kemasyarakatan, kebangsaan, kekayaan atau sebagai peningkatan
kualitas fisik dan non fisik, yang meliputi kualitas pribadi, kualitas hubungan
dengan pihak lain dan kualitas kekayaan.
Dalam konsep
teknologi pendidikan, dibedakan istilah pembelajaran (intruction) dan pengajaran (teaching).
Pembelajaran disebut juga kegiatan pembelajaran atau intruksional, yaitu
usaha mengelola lingkungan dengan sengaja agar seseorang membentuk diri secara
positif tertentu dalam kondisi tertentu. Adapun pengajaran adalah usaha
membimbing dan mengarahkan pengalaman belajar kepada peserta didik yang
biasanya berlangsung dalam situasi resmi/formal.
Strategi
pembelajaran suatu pendekatan penyeluruh oleh Romiszowski (1981) dibedakan
menjadi dua strategi dasar, yaitu ekspositori (penjelasan) dan discovery
(penemuan). Strategi ekspositori didasarkan pada teori
pemrosesan informasi menjelaskan proses belajar seperti (1) pembelajar menerima
informasi mengenai prinsip atau dalil yang dijelaskan dengan memberikan contoh;
(2) terjadi pemahaman pada diri pembelajar atas prinsip atau dalil yang
diberikan; (3) pembelajar menarik kesimpulan berdasarkan kepentingan yang
khusus; (4) terbentuknya tindakan pada diri pembelajar yang merupakan
hasilpengolahan prinsip/dalil dalam situasi yang sebenarnya. Penerapan strategi
ekspositori ini berlangsung sebagai : (1) informasi disajikan kepada
pembelajar; (2) diberikan tes penguasaan serta penyajian ulang jika dipandang
perlu; (3) diberikan kesempatan penerapan dalam bentuk contoh dan soal dengan
jumlah dan tingkat kesulitan yang bertabah; (4) diberikan kesempatan penerapan
informasi baru dalam situasi dan masalah yang sebenarnya.
Sedangan strategi
discovery didasarkan pada teori
pemrosesan pengalaman, atau disebut juga teori belajar berdasarkan pengalaman (experiential learning). Pada garis
besarnya proses belajar menurut teori ini berlangsung sebagai : (1) pembelajar
bertindak dalam suatu peristwa khusus; (2) timbul pemahaman pada diri
pembelajar atas peristiwa khusus tersebut; (3) pembelajar menggeneralisasikan
pristiwa khusus itu menjadi suau prinsip umum; (4) tebentuknya tindakan
pembelajar yang sesuai dengan prinsip itu dalam situasi atau peristia baru.
Penerapan strategi discovery ini
berlangsung dengan langkah-langkah seperti: (1) diberikan kesempatan kepada
pembelajar untuk berbuat dan mengamati akibat suatu tindakan; (2) diberikan tes
pemahaman tentang adanya hubungan sebab-akibat serta diberikan kesempatan ulang
untuk berbuat bilamana dipandang perlu; (3) diusakan terbentuknya prinsip umum
dengan latihan pendalaman dan pengamatan tindakan lebih banyak; (4) diberikan
kesempatan untuk penerapan informasi yag baru dipelajari dalam situasi yang
sebenarnya. Strategi ekspository erat sekali kaitannya dengan pendekatan
deduktif. Sedangkan strategi discovery erat kaitannya dengan pendekatan
induktif. Para pendidik cenderung lebih banyak menggunakan strategi ekspositori
karena ditnjau dari pertimbangan waktu lebih hemat dan lebih mudah dikelola.
Reigeluth dan
Merrill (1983) berpendapat bahwa pembelajaran sebaiknya didasarkan pada teori
pembelajaran yang bersifat preskriptif, yaitu teori yang memberikan “resep”
untuk mengatasi masalah belajar. Teori pembelajaran yang preskriptif itu harus
memperhatikan tiga variable yaitu variable kondisi, metode dan hasil. Kerangka
teori intruksional itu dapat digambarkan sebagai berikut :
Pendidikan
Pelatihan
· Waktu relatif lama
· Pengakuan dengan ijazah/diploma
· Kurikulum standar untuk
keperluan mendatang (just-in-case = JIC)
· Ditujukan bagi mereka yang akan
memasuki lingkungan pekerjaan
· Program regular dengan pengajar
tetap
· Waktu relatif singkat
· Pengakuan dengan sertifikat
· Kurikulum fleksibel sesuai
dengan keperluan sekarang (Just-in-time = JIT)
· Ditujukan bagi mereka yang
ada/sudah dalam lingkungan kerja
· Program tidak regular dan
pengajar tidak tetap
0 comments:
Post a Comment